Di tengah kobaran perang yang tak kunjung reda, hiduplah seorang gadis kecil yang kehilangan semua yang ia punya. Rumahnya hancur, keluarganya hilang, dan harapannya pun hampir musnah. Namun, di antara puing-puing dan suara ledakan, muncul tiga sosok yang menjadi pelindungnya: tiga prajurit yang datang bukan hanya membawa senjata, tapi juga kasih sayang dan perlindungan.

Prajurit pertama, sosok yang ia anggap seperti abang kandung. Ia ceria, ringan tangan, dan selalu mencoba membuat gadis kecil itu tertawa meski dunia sedang terbakar. Dialah yang pertama kali menemukan sang gadis di reruntuhan dan menggendongnya keluar dari kegelapan.

Prajurit kedua, penuh wibawa dan tenang. Gadis kecil menyebutnya “Bapak” Ia yang selalu menjaga dari kejauhan, memastikan sang gadis tidur nyenyak meski di bawah langit penuh dentuman. Ia tak banyak bicara, tapi pelukannya memberi rasa aman yang tak tergantikan.


Prajurit ketiga, juga ia panggil abang, tapi hubungannya lebih datar. Ia hadir, membantu, namun tak sedekat dua yang lain. Seiring waktu, jarak antara mereka pun makin melebar, tak lagi seerat dulu.

Ketika perdamaian akhirnya datang, harapan mulai tumbuh kembali. Namun, itu juga berarti perpisahan. Prajurit pertama menjadi yang pertama pergi—meneruskan hidup baru, entah ke mana. Gadis kecil hanya bisa melambaikan tangan, menahan air mata, tapi ia tahu—abangnya harus pergi.

Kini, hari-hari berlalu dengan kehangatan yang mulai menggantikan dinginnya trauma. Gadis kecil tumbuh, dan senyumnya mulai pulih. Namun, kabar buruk datang. Sang prajurit kedua—sosok ayah yang ia cintai—akan pergi untuk selamanya. Bukan karena pilihan, tapi karena waktu dan takdir telah menjemputnya. Hanya hitungan hari sebelum dunia mengucap selamat tinggal padanya.

Sementara itu, prajurit ketiga masih ada, namun sudah jauh. Tak lagi menjadi bagian dekat dalam kisah sang gadis. Ia tahu, pada akhirnya ia pun akan pergi, entah kapan.

Gadis kecil itu kini berdiri sendiri. Tak sepenuhnya sendiri, karena kenangan tiga prajurit itu akan selalu hidup dalam hatinya. Mereka bukan hanya penyelamat di medan perang, tapi juga bagian dari keluarganya yang ia temukan di tengah kehancuran.


Dan ketika prajurit kedua pergi kelak, gadis kecil itu akan menangis… namun dengan kekuatan yang telah diwariskan oleh ketiga penjaganya, ia akan tetap berdiri—bahagia, meski penuh rindu.