"Kita semua ingin didengar. Tapi dunia seringkali hanya menyimak untuk menjawab, bukan untuk memahami." - MNF
Aku sering diam
Bukan karena aku tidak punya suara tapi karena terlalu sering suaraku tidak dianggap ada.
Bukan sekali dua kali aku bicara dan dunia hanya lewat begitu saja.
Bukan karena kata-kataku tak penting tapi karena kadang orang hanya ingin mendengar apa yang mereka setuju.
Aku tersenyum.
Bukan karena hidupku tanpa luka tapi karena aku tahu tak semua orang siap mendengar isi hatiku.
Di dunia ini bercerita adalah perjudian:
kamu tak tahu akan dimengerti atau malah dihakimi, maka aku pilih diam dan senyum adalah topeng paling aman yang bisa kupakai.
Aku bertahan.
Bukan karena aku kuat tapi karena aku tidak punya pilihan lain. Karena hidup tak selalu memberi ruang untuk jeda tak selalu menawarkan bahu untuk bersandar. Kadang satu-satunya cara untuk bertahan adalah dengan tetap berdiri meski lutut gemetar.
Banyak orang ingin dimengerti.
Tapi hanya sedikit yang benar-benar ingin mengerti kita hidup di zaman yang sibuk menghakimi tapi malas memahami.
Di mana simpati terganti opini dan empati tenggelam dalam debat siapa yang paling benar.
Aku tumbuh di tengah mereka orang-orang yang cepat menilai tapi lambat mendengar, yang matanya awas melihat kesalahan tapi buta saat harus menakar perjuangan.
Lalu waktu mengajarkan satu hal:
Tidak semua perhatian adalah kepedulian, terkadang perhatian hanya cara halus untuk mencari celah, untuk memastikan kamu tidak lebih baik dari mereka, untuk memastikan mereka tetap di atas, dan kamu tetap merasa kecil.
Maka aku bertahan dengan caraku.Bukan untuk jadi pahlawan.Bukan pula demi tepuk tangan.
Tapi karena aku takut kehilangan diriku sendiri di tengah dunia yang sibuk membentuk semua orang agar sama.
Karena dunia ini, sayangnya, lebih nyaman melihat kita menjadi versi yang mudah dipahami dari pada menerima versi kita yang utuh—lengkap dengan luka, pertanyaan, dan kekacauan yang belum selesai.
Jika kamu pernah merasa seperti ini? tenang, kamu tidak sendiri.
Kamu tidak salah karena ingin tetap menjadi dirimu sendiri, di dunia yang memaksa semua orang untuk seragam.
Kamu tidak lemah karena memilih diam saat tak ada yang mendengar, dan kamu tidak kalah karena memilih berdiri dengan caramu, meski kadang kamu pun tak yakin ke mana langkah ini akan membawamu.
Yang penting, kamu masih melangkah.Masih hidup.Masih menjadi kamu.Itu sudah cukup.Lebih dari cukup.
